Sabtu, 15 Oktober 2016

KUBURAN SEKOLAH

KUBURAN SEKOLAH


PART 1

Author : Luthfiah Zahra Larosa
Cast    : -Rachel
             -Ibunda Rachel
             -Rei
             -Nasly
             -Dendi
             -Sella


_______________________________________________________________________________

“Apa?!”, ujar Rachel marah. “Apa yang telah kau lakukan di sekolah, hah?”, balas ibunya. “Aku tidak melakukan apapun!”. “Bohong! Akui saja kesalahanmu Rachel! Aku sudah lelah menghadapimu! Pergi! Pergilah!”, bentak ibu Rachel. Dengan mata berkaca-kaca, Rachel meninggalkan tempat tersebut. Rachel tak habis pikir. Dirinya berusaha mengingat-ingat kembali apakah dia telah melakukan kesalahan. Mengapa dirinya harus terus dikeluarkan dari satu sekolah hingga sekolah ini untuk yang ke-tujuh kalinya?

#Rachel
Aku benar-benar tertekan dan emosi. Aku tidak menyangka, bahwa aku akan dikeluarkan dari sekolah untuk ke-tujuh kalinya. Aku bahkan tidak melakukan kesalahan apapun disekolah. Aku hanya belajar seperti anak-anak pada umumnya. Ku perkirakan bahwa esok hari ibuku akan mendatangi sekolahku. Meskipun aku tidak melakukan kesalahan apapun, entah mengapa pihak sekolah selalu menang saat orang tuaku melayangkan protes. Oh, maksudku hanya ibuku. Kalian bertanya soal ayahku? Aku… Tidak tahu. Seingatku, beliau masih ada saat aku masih kecil. Kurebahkan badanku di atas kasur.
Arghh! Apa salahku? Mengapa nasibku seperti ini?

#Author
Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Rachel, keesokan harinya, ibu Rachel mendatangi sekolah Rachel dan melayangkan protes pengeluaran anaknya melalui kepala sekolah. “Saya sangat tidak terima! Sekolah ini telah mengeluarkan putri saya Rachel tanpa alasan yang jelas. Bagaimana bisa ini terjadi?”, tanya Ibu Rachel.
“Maaf, bu. Ini memang sudah keputusan sekolah. Rachel terpaksa dikeluarkan dari seko…”
“Berikan kepada saya alasan yang jelas!”, potong Ibu Rachel.
Kepala sekolah menghembuskan nafasnya dan berkata,”Pihak sekolah mendapat laporan bahwa anak ibu,  Rachel telah melakukan tindakan kekerasan kepada temannya. Agar kejadian ini tidak terulang kembali, kami selaku pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan Rachel dari sekolah.”

Mendengar jawaban kepala sekolah, wajah sang Ibu tercengang. “Anakku? Anakku melakukan hal seperti itu?”. Kepala sekolah mengangguk-angguk. “TIDAK! TIDAK MUNGKIN LAGI! BAGAIMANA BISA ANAKKU DIKELUARKAN KARENA ALASAN YANG SAMA?!”, teriak Ibu Rachel histeris. “Berhentilah memfitnah anak saya! Berikan kepada saya alasan yang benar!”, lanjut Ibu Rachel, tak terima dengan alasan yang diberikan kepala sekolah mengenai anaknya. Para guru yang berada di ruangan itupun kebingungan.
Tak lama kemudian, ibu Rachel menyambar gunting yang ada diatas meja dan mengarahkannya ke leher kepala sekolah. Salah seorang guru yang berada ditempat tersebut segera bertindak menahan tangan ibu Rachel yang hendak mencelakai kepala sekolah. "A.. Apa ini..?", ujar kepala sekolah ketakutan. Dirinya mundur ke belakang menjauhi gunting yang dipegang ibu Rachel. "MATI KAU!! MATIIII!", teriak ibu Rachel. "Bu Sausan! Tolong panggilkan polisi secepatnya!", perintah kepala sekolah. Ibu Rachel meraung-raung agar tangannya di lepaskan.

"Ha..halo.. Pak.. A..ada orang stres disini..To..",
"APA MAKSUDMU MENGATAKAN SAYA STRES? MATI KAU!", amuk ibu Rachel.
Guru yang menahannya pun dibuat kewalahan. "Amankan wanita itu!", perintah seseorang dari arah pintu.

#Rachel

Aku sudah siap untuk ke sekolah. Yahh. meskipun aku telah diusir keluar dari sekolah, aku belum menerima surat pengeluaranku. Jadi aku tetap akan berangkat. Sebelum meninggalkan rumah, ku intip kamar ibuku. Loh.. Kok.. Tidak ada? Kuarahkan pandanganku ke sekeliling kamar, berharap dapat menemukan keberadaan ibuku. Jangan-jangan seperti yang kuduga. Ibuku.. Beliau pasti mengamuk disekolah! Oh tidaaaaakk! Aku harus menghentikannya.

Aku pasang sepatuku dengan asal-asalan dan langsung berlari menuju halte bus. Ya tuhan.. Semoga ibuku tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Tidak lama menunggu, sebuah bus berhenti di depanku. Tanpa aba-aba,aku meloncong masuk ke dalam bis saat pintu bus baru saja terbuka dan BRUUKKKKK!!
ADUUUHHH! Aku bertabrakan dengan seorang penumpang yang baru saja turun dari bus. Kami sama-sama terjatuh. "Maafkan aku, aku sedang buru-buru sekarang", ujarku padanya. Seorang pria yang kutabrak tadi hanya berdiam sambil memandangi jam tangan yang ia kenakan. Aku tidak peduli. Aku harus sampai disekolah secepat mungkin. Segera aku beranjak dari tempat kejadian perkara untuk menaiki bus. "HEY HEY STOPPP." Aku menoleh ke belakang. Pria tadi meneriakiku, "Apa kau tidak punya malu? Lihatlah! Jam tangan mahalku rusak akibat ulahmu. Kau harus menggantinya!", protes pria itu padaku. What?! Cobaan apa lagi ini?!

"Aku minta maaf. Tapi aku benar-benar sedang..."
"Aku tidak peduli! Kau harus menggantinya", potong pria tadi.

TITTT! TITT!!!

Bunyi klakson bus terdengar. Kulirik supir bus yang tampaknya sudah lelah menungguku. "Ah baiklaaaah. Tapi aku buru-buru sekarang. Engg.. Ah, iya! Ini, kartu namaku. Hubungi aku siang nanti", ujarku sambil memberikan kartu namaku pada pria tadi. Akupun menaiki bus secepat mungkin dan meninggalkan pria yang kutabrak disana.

Tiba disekolah, tampak beberapa mobil polisi terparkir di depan ruang utama (ruang kepala sekolah). Penasaran, aku coba mendekati mobil polisi tersebut. Dari luar ruangan aku mendengar suara seorang wanita yang sedang meronta-ronta. "TIDAKKKK! LEPASKAN SAYA! KALIAN SEMUA KURANG AJAR!."
Ada apa ini sebenarnya? Suaranya mulai terasa dekat denganku dan akhirnya aku dapat melihat sosoknya. Aku terkejut setengah mati. Sosok tersebut ternyata ialah ibuku sedang digiring oleh beberapa polisi. Tampak tangannya yang sudah di borgol. Aku berusaha mendekati ibuku dalam kerumunan. "Ibuu! Ibuuuu!", teriakku. Kulihat ibuku berhenti meronta-ronta dan menoleh padaku. Beliau tersenyum tulus. Aku berlari ke arah ibuku dan berusaha memeluknya. Namun beberapa polisi berusaha mengusirku dari tubuh ibuku, Aku ditarik dan dijambak oleh mereka. Aku merintih kesakitan.Ibuku menyandarkan kepalanya dikepalaku. Lama-kelamaan kepala dan badanku tak kuasa menahan sakit diperlakukan oleh orang-orang sekitar. Pelukanku perlahan-lahan mengendor. Tidaaaaak! Aku melepaskan ibuku!
"IBUUUUU! TIDAAAK! Tolong jangan bawa ibukuu! Kumohon...", pintaku pada mereka. Air mataku mulai mengalir membanjiri wajahku. Tampaknya ucapanku tak dihiraukan oleh mereka. Mereka terus berusaha menjauhiku dari ibuku. Aku tidak mau! Aku ingin bersama ibu!

"Ibuuu! Jangan bawa ibukuuu!!", teriakku. Aku memberontak saat guru-guru mulai menahankku. Aku berhasil keluar dari penahanan mereka, namun terlambat. Aku menghampiri mobil yang membawa ibuku. Ku tempelkan wajahku pada jendela. Tanganku ikut memukul-mukul jendela mobil. Samar-samar terlihat ibuku tertunduk ditempatnya. Tak lama kemudian mobilnya berjalan. Semakin lama semakin kencang. Sedaritadi aku berusaha setengah mati untuk mengejarnya. Dan pada akhirnya ternyata usahaku nihil. Mobil itu sudah menghilang.

Aku berteriak dan menangis terisak-isak. Hanya beliau. Aku hanya punya ibuku. Tidak ada yang dapat menggantikannya. Sekilas aku terpikir untuk menyusul mereka. Namun pada akhirnya aku hanya akan diusir. Aku berjalan gontai kembali menuju ke depan ruang kepala sekolah.
"Rachel..". Kudongakkan kepalaku dan mencari sumber suara. Kepala sekolah memanggilku?
Aku berjalan mendekati beliau. Terlihat tatapan dinginnya padaku. "Iya, pak?", jawabku sambil masih sesenggukan akibat tangisanku yang berlebihan.
"Sedang apa kamu disini?", tanyanya.
"Saya hanya sed..", "Masih gak tau diri ya?", sindir kepala sekolah.
Aku terkejut. "Bukan pak maksud saya.."
"Lekas pergi dari sini. Saya sudah muak melihat tingkah lakumu dan ibumu. Anak sama ibu sama aja!", ucapnya ketus. Aku tersentak. Namun aku tidak berhak untuk marah. Rasanya perih. Hatiku sakit mendengar ucapannya Tanpa pamit, aku beranjak dari tempat itu dan pergi meninggalkan sekolah. Sebelum benar-benar meninggalkan sekolah, aku membalikkan badan menghadap gedung sekolah.

LIHATLAH PRIA DISANAAA... PRIA TUA ITU...~

Pandanganku beralih ke kepala sekolah.

NAAH DIAA~ BUKANKAH DIA SUDAH MENGHANCURKAN HIDUPMU? AYO HANCURKAN DIA.. LAMPIASKAN SEMUA PADANYA.. DIA PANTAS MERASAKAN SIKSAAN HMM...~ AJARKAN PADANYA BAGAIMANA RASANYA NERAKA CIPTAANMU....

PLAKK!
Aku menampar diriku sendiri. Bisikan itu selalu muncul disaat aku terpuruk. Bisikan yang benar-benar menggodaku untuk melakukan kejahatan. Hampir... Hampir saja aku terkelabui oleh bisikannya. WUSHHH... Angin berhembus kencang secara tiba-tiba, membuat bulu kudukku merinding.Aku mengalihkan pandanganku ke sekitar. Tidak ada seorangpun yang berada disekitarku. Lalu, darimana bisikan itu datang?


-bersambung




















EmoticonEmoticon