Minggu, 30 Oktober 2016

Kuburan Sekolah (2)

KUBURAN SEKOLAH





PART 2


Author : Luthfiah Zahra Larosa
Cast    : -Rachel
             -Ibunda Rachel
             -Rei
             -Nasly
             -Dendi
             -Sella




________________________________________________________________________________

#Rachel

Aku berjalan gontai menyusuri jalan menuju rumah. Kenapa aku memtuskan untuk pulang? Karena aku tau, apabila aku menyusul ibuku ke Kantor Polisi, maka sia-sia saja. Aku hanya akan diusir dan di perlakukan bagaikan sampah disana. Mengajukan pembelaan? Yang benar saja! Aku bahkan tidak memiliki uang untuk membayar tebusan apalagi pengacara.

Kutatap langit diatas sana. Tampak mendung. Awan-awan pun terlihat gelap dan menggumpal. Huft.. Sepertinya mereka sedang menggambarkan perasaan yang sedang ku rasakan sekarang. Aku rasa setiap langkah kakiku mulai terasa lebih cepat. Aku rasa, bukan karena takut datangnya hujan yang akan mengguyurku. Tetapi.. Diriku merasa ada yang mengikutiku.. Aku bisa merasakan setiap derap langkahnya. 

Aku memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Setelah itu, aku melihat....  Tidak ada seorangpun di belakangku. Daerah kawasan rumahku termasuk sepi, karena disini penduduk tidak begitu banyak yang menetap dan cenderung berpindah-pindah tempat. Derap kaki itu masih setia terdengar mengikutiku. Aku berusaha untuk menahan keinginanku untuk menoleh ke belakang. Aku tidak ingin melihat apapun.

Sesampainya dirumah, aku menemukan sepucuk surat yang tergeletak didepan pintu rumahku. Dengan segera ku ambil surat tersebut dan memasuki rumah, lalu mengunci pintu. 

Aku membolak-balikkan amplop surat tersebut. "Tidak ada alamat pengirim?", ucapku lirih. Aku membuka isi amplop tersebut. "Desto?", bacaku. Yang kutemukan hanyalah secarik kertas kecil yang bertuliskan 'Desto'. "Huft, palingan orang iseng nih", ujarku berpikir positif dan berusaha untuk tidak mengira yang tidak-tidak. Aku menuju kamarku dan merebahkan diri ke kasur. Aku berharap, sang mimpi dapat membantuku melupakan masalah sejenak. Setidaknya, untuk malam ini.

#Author

DUARRRR! Pancaran petir yang menyambar bumi terpancar pada jendela kamar yang ditempati Rachel. Suara angin yang berhembus kencang, sambaran petir dan derasnya hujan membangunkan tidur nyenyak Rachel.

"Akh..", ujar Rachel sambil bangkit dari tidurnya. Dirinya mengarahkan pandangannya pada jam dinding. Masih pukul 2 malam, batinnya. Rachel memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur kembali. Namun setelah beberapa menit, dirinya masih dalam keadaan terjaga. "Cuacanya sangat buruk..", lirihnya. Rachel mendekati jendela dan memandanginya. "Sangat deras..", lirihnya kembali. Buk! "HAAAAIKIKIIIIIII....!!!", "KYAAAAAAAA!". Muncul sebuah kepala yang menggantung dari luar jendela kamar Rachel. Matanya yang bolong, tak punya hidung dan lidahnya yang menjulur tampak sangat mengerikan. Kepala tersebut terus bergoyang-goyang dengan lidahnya yang terpotong dari atas jendela Rachel. "AKYAAAAAAAAAA!", teriak Rachel histeris. Rachel terkejut serta ketakutan setengah mati. Dirinya mundur secepat  mungkin untuk menjauh dari jendela kamarnya. Dirinya meraba-raba tembok kamarnya dengan tangan yang gemetar. Dimana.. Saklar! Saklar lampu ...kumohon aku harus menemukannya, batin Rachel memohon.  



DUARRRR! Petir menyambar kembali. Klik! Klik! Klik! Rachel memencet tombol saklar lampunya berulang-ulang. Lampunya tidak menyala. Rachel semakin ketakutan. Hawa disekitarnya terasa mengerikan. "BUKAIN DONG JENDELANYAAA.. KIKIKI.. AYO BUKAKAN UNTUKKU..." Terdengar suara dari sosok kepala pada jendela kamar Rachel. "PERGI KAU PERGI..!!!!!", teriak Rachel histeris. Dirinya benar-benar ketakutan. Tampak kepala tersebut memasukkan lidahnya yang semula terjulur ke dalam mulutnya. Hmm.. Kau Mengusirku...?, ucap kepala tersebut berbisik. "YA! PERGILAH! PERGIIIIII!", bentak Rachel kembali. Rachel merasa dirinya dapat mengusir keberadaan kepala mengerikan tersebut dari jendela kamarnya. OHHUWAAAA... Seketika kepala tersebut mengeluarkan asap dari kedua matanya yang kosong. HUWAIHIHIHI... AKIKIKIKI.. Terdengar suara tertawa dari asap-asap yang mengepul tersebut dan PRANGGG! Kepala yang bergantung tadi memecahkan kaca jendela. Asap-asap yang dikeluarkannya menyatu dan membentuk sebuah tubuh seperti manusia pada umumnya namun... Tanpa kedua kaki. Kepalanya beruputar. Kuku jarinya yang panjang terlihat pada tangannya yang mengkerut. Makhluk tersebut merentangkan tangannya. Rachel terkejut bukan main ketika sambaran petir memperlihatkan keberadaan sosok tak berkaki di hadapannya. Dengan segera Rachel berlari ke arah pintu kamarnya. Eh.. Pintu.. Dimana pintu kamarnya?! 



Rachel meraba-raba dinding frustasi, mencari kenop pintu. Dan pada akhirnya DUAAR! Pancaran daroI sambaran petir yang selanjutnya menyadarkan Rachel bahwa kini kamarnya tidak memiliki pintu. "AP..APAAA?!", teriak Rachel. Rachel ketakutan setengah mati dan mulai menjambak rambutnya sendiri. Terlihat sosok tak berkaki tersebut tertawa cekikikan. "RACHEL SAYANG SINI.. IKUT MAMA", ujar makhluk tersebut. "APA? APA MAKSUDMU MAKHLUK MENGERIKAN!", bentak Rachel tak percaya. "AYO SAMA MAMA....". Makhluk tak berkaki itu terbang mendekati Rachel. Lidahnya yang terpotong terjulur kembali. 
"KAU! JANGAN MENDEKAT!", teriak Rachel. Rachel segera mengambil sapu kamarnya dan mengarahkannya pada makhluk tersebut.
MANUSIA TAK TAU DIRI YAAA..HAHAHA..., lirih makhluk mengerikan itu. 
MAAAAAAAAAAAAAAAAATIIIIIIIIII KAUUUUUUU HIYAAAAAAAA~A~A.... Makhluk tersebut mengarah kencang pada Rachel dengan lidahnya yang semakin lama semakin terjulur panjang. "MAMA DATANG..."
Rachel terkejut setengah mati. "TIDAAKKKKKKKKKKKKKK PERGIIIIIIIIII"
"NGIHIHIHIIIIIII..."
"KYAAAAAAAAAAA SIAPAPUUUUUUNNNNN TOLOOONGGGG....!"





DUAAAAAARRRRRRRRR!



........








bersambung-


















Read More

Sabtu, 15 Oktober 2016

Permen Kapas

Permen Kapas


PART 1

Author : Luthfiah Zahra Larosa
Cast : - Shaila Margaret
           -Roy
           -Pramesta Rendy
           -Gilang Ardian
           -Key Yudha
           -Oji
           -Nabila Keisha
           -Widya Ayunda



_______________________________________________________________


Shaila berjalan-jalan menikmati udara sejuk di pagi hari. Hmm, sudah jam 7, batinnya. Shaila mengehentikan jalan-jalannya dan segera kembali ke rumahnya. 


#Shaila

Gue udah siap untuk sekolah. Waktunya berangkat sekolah. Gue ngambil duit yang udah disedakan sama nyokap diatas meja. "Mau naik bus lagi?". Gue noleh ke belakang. Oalah nyokap gue ternyata. "Iya ma."
"Gak mau diantar nih?", tanya nyokap.
Gue gelengin kepala. Mama senyum ke gue. "Terus gak salam juga? Mau langsung pergi?". Ups! Gue ngehampirin nyokap & nyalamin beliau. "Pergi dulu, ma."

Gue bergegas menuju halte bus. Oh ya, kenalin nama gue Shaila Margaret. Gue sekolah di sekolah negeri biasa.Gue baru pindah dari Australi saat akhir semester dua disekolah gue sekarang  Jadinya, kurang lebih 4 bulan gue sekolah disini dan akhirnya naik kelas. Gue lebih suka naik bus untuk ke sekolah dibanding diantar sama supirnya bokap & nyokap gue. Gue anak tunggal, jomblo lagi. Eitss, bukan berarti gua jelek. Gue cuma.. Gak ngerti sama percintaan remaja atau semacamnya. Bodo amat ah.

Sebuah bus berhenti di depan gue. Gua naik ke bus dan buspun melaju hingga gue sampai ke sekolah gue.

#Author

Shaila turun dari bus dan berlari memasuki kawasan sekolah.  
"Hey cewek gembel!", panggil salah seorang siswi. Shaila tidak menolehkan pandangannya pada siswi tersebut. "Gak merasa ya tuh cewek..", sahut siswi yang lain. Merekapun tertawa cekikikan. Merasa terganggu, Shaila beranjak dari tempat tersebut sambil membawa bukunya. 

KRINGGG!
Bel sekolah berbunyi. Shaila berkeliling sekolah, mencari kelas barunya. Awal tahun untuk kenaikan kelas, sekolahnya melakukan sistem pertukaran kelas. Artinya, setiap siswa dan siswi dari masing-masing kelas akan ditukar dengan siswa dan siswi yang ada dikelas lain. Oleh karena itu, Shaila tidak terbiasa dengan lingkungan barunya, sehingga sulit baginya untuk menemukan kelasnya dengan cepat.

#Roy

Kenalin, nama gue Roy. Iya Roy aja. Gue sekolah di SMA Negeri 1. Gue cuma punya satu saudara, yaitu abang gue. Bokap-nyokap gue dua-duanya pengusaha terkenal. Gue sebagai anak bungsu selalu di manjain sama bokap-nyokap. Gua sebal sih. Udah SMA masih dikawal? Cih, memalukan.Untungnya, permintaan gue cenderung selalu dikabulin sama bokap-nyokap. Jadi gue senang-senang aja deh.

Gue masuk ke kawasan sekolah, cewek-cewek sekolah gue langsung ngerumunin gue. Haaah gue emang terlalu tampan dan populer, haha. "Oy Roy!", teriak temen gue dari kejauhan. Oh, kenalin juga temen gue yang barusan manggil. Namanya Gilang. Gue ngehampirin Gilang. Ditempat ini udah ada temen-temen geng gue yang lain. "Yo Roy," sapa yang lain. "Bentar lagi bel, buruan ke kelas yuk," ajak Rendy. Nah si Rendy ini termasuk murid di kelompok gue yang paling rajin. Gue gak tau otaknya terbuat dari apa, cerdas banget orangnya. "Yuk deh masuk kelas", ajak gue. Dan akhirnya kami membubarkan diri dan memasuki kelas masing-masing.

Baru aja gue mau masuk ke kelas, tiba-tiba nyembul kepala seorang cewe dan..  DUGG! "Aduh..", ujar cewe di depan gue. Cewe itu mendongakkan kepalanya, ngelihat gue. "Badan lo terbuat dari batu hah? Mengeras tuh badan", ujar cewe itu. What? "Apaan lo? Kok jadi nyalahin gue?", balas gue. Astaga, cewek itu langsung pelototin matanya ke gue. "Jelas salah lo! Harusnya gue keluar dulu baru lo masuk suapaya gak ketabrak!", ujarnya kembali. "Suka-suka gue dong. Lagian lo siapa sih?", ujar gue kesal. Gue alihin pandangan gue ke label nama cewe itu. "Shaila Margare..", "Oh jadi lo yang namanya Roy!", teriak cewek itu, motong gue yang lagi ngomong. 
"Kenapa? Lo suka sama gue?", tanya gue. Cewe itu masih diam. "Jangan-jangan lo fans gue?", tanya gue lagi. "Lo yang terkenal itu ya? Yang sok karena keluarga lo kaya banget yah?", ujar cewe itu. Apa-apaan ini?!. "Maksud lo apa-apaan hah?". Huft bisa-bisanya ada cewe disekolah ini yang gak terpesona sama  gue. "Hellow~  I'm your hater," ujarnya lagi. BAHHH... "Lo nantang gue?", tanya gue. "Gak tuh, gue cuma gak mau liat wajah lo aja. Sayang banget kita sekelas", jawabnya. "Minggir lo, jangan ganggu pandangan gue", ujarnya padaku. Gue bergeser dari depan pintu. Cewek itu langsung melenggang pergi keluar kelas. Eh? Apa ini?! Kenapa gue nurutin perintah cewe itu?

Arghhhh benar-benar memalukan! Gue harap selama dikelas gak akan ada sesuatu yang mengharuskan gue berhubungan dengannya. Ah sudahlah! Gue langsung masuk ke kelas, sebelum guru gue yang bakal masuk duluan,


#Shaila

BRRRRR! Berpapasan dengan cowo tadi membuat gue merinding. Gue gak suka murid-murid yang 'Gaul' atau semacamnya. Menurut gue itu terkesan 'alay'. Rambut di cat, kemana-kemana berkelompok, disana-sini dipuja. Gak kelihatan kayak murid sekolah lagi dih! Yahh, meskipun kelihatannya dia pintar, sih sekelas sama gue di kelas unggul. Tunggu.. Kenapa gue jadi ngoceh soal cowo itu? Lupakan lupakan!

Gue buru-buru masuk ke ruang guru, buat ngambil buku absen kelas guru gue. Setelah gue dapat, gue langsung balik menuju ke kelas dan.. BUKK! Gua nabrak orang lagi di pintu. Gue ngelus-ngelus kepala gue. Untung aja gue gak nabrak orang yang berbadan batu semacam Roy. Eh, lupakan tentang dia. 

"Lo gapapa?", tanya orang yang nabrak gue tadi. Gue cepat-cepat berdiri. "Gak lah, sorry gue gak sengaja", ujar gue. Cowok yang gue tabrak senyum ke gue. Astaga! Senyumnya... Apa yaa.. Senyumnya bagus.. Eh maksud gue senyumnya keren.. Ya begitu deh...

"Halo?". Cowok itu ngibas-ngibasin tangannya di depan wajah gue. Ya tuhan gue habis bengong. "Ah permisi kalau gitu", ujar gue malu dan langsung melenggang pergi dari tempat tadi. Dengan buru-buru, gue lari menuju kelas. 

Saat gue memasuki kelas, guru gue udah tiba duluan di kelas. Gua mengucapkan salam. "Siapa namamu?", tanya guru itu sama gue. "Shaila Margaretta", jawabku. "Kamu dapat sanksi 10 poin karena telat masuk kelas", ujarnya. Gue terbelalak. Kaget. "Tapi saya telat karena absen..", "Absen apa?", potong beliau. Gue ngasih absen yang gue bawa. "Siapa yang menyuruhmu?", tanyanya padaku. Apa?! Jelas-jelas beliau yang tadi nyuruh gue buat ngambilin absen untuknya. Gue masih inget wajahnya. "Ibu yang menyuruhk..", "Tidak ada", potongnya lagi. Seketika gue denger suara murid-murid dikelas ini sedang ngetawain gue.. "Mau apa lagi? Duduk sana", perintahnya. Gue berjalan menuju bangku gue yang terletak di barisan kedua dari depan, dekat jendela. Aihh ... Hari ini gue benar-benar sial!

#Author

Akhirnya Shaila bisa menjalankan proses pembelajaran dengan baik. Meskipun terkadang dirinya mengingat kejadian buruk yang menimpanya di awal masuk kelas.

Sementara itu, dilain sisi.. Seorang guru berdiri di depan kelasnya sambil celingak-celinguk sedang menunggu siswa yang dimintai tolong olehnya untuk mengambil absen........




-bersambung











Read More

KUBURAN SEKOLAH

KUBURAN SEKOLAH


PART 1

Author : Luthfiah Zahra Larosa
Cast    : -Rachel
             -Ibunda Rachel
             -Rei
             -Nasly
             -Dendi
             -Sella


_______________________________________________________________________________

“Apa?!”, ujar Rachel marah. “Apa yang telah kau lakukan di sekolah, hah?”, balas ibunya. “Aku tidak melakukan apapun!”. “Bohong! Akui saja kesalahanmu Rachel! Aku sudah lelah menghadapimu! Pergi! Pergilah!”, bentak ibu Rachel. Dengan mata berkaca-kaca, Rachel meninggalkan tempat tersebut. Rachel tak habis pikir. Dirinya berusaha mengingat-ingat kembali apakah dia telah melakukan kesalahan. Mengapa dirinya harus terus dikeluarkan dari satu sekolah hingga sekolah ini untuk yang ke-tujuh kalinya?

#Rachel
Aku benar-benar tertekan dan emosi. Aku tidak menyangka, bahwa aku akan dikeluarkan dari sekolah untuk ke-tujuh kalinya. Aku bahkan tidak melakukan kesalahan apapun disekolah. Aku hanya belajar seperti anak-anak pada umumnya. Ku perkirakan bahwa esok hari ibuku akan mendatangi sekolahku. Meskipun aku tidak melakukan kesalahan apapun, entah mengapa pihak sekolah selalu menang saat orang tuaku melayangkan protes. Oh, maksudku hanya ibuku. Kalian bertanya soal ayahku? Aku… Tidak tahu. Seingatku, beliau masih ada saat aku masih kecil. Kurebahkan badanku di atas kasur.
Arghh! Apa salahku? Mengapa nasibku seperti ini?

#Author
Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Rachel, keesokan harinya, ibu Rachel mendatangi sekolah Rachel dan melayangkan protes pengeluaran anaknya melalui kepala sekolah. “Saya sangat tidak terima! Sekolah ini telah mengeluarkan putri saya Rachel tanpa alasan yang jelas. Bagaimana bisa ini terjadi?”, tanya Ibu Rachel.
“Maaf, bu. Ini memang sudah keputusan sekolah. Rachel terpaksa dikeluarkan dari seko…”
“Berikan kepada saya alasan yang jelas!”, potong Ibu Rachel.
Kepala sekolah menghembuskan nafasnya dan berkata,”Pihak sekolah mendapat laporan bahwa anak ibu,  Rachel telah melakukan tindakan kekerasan kepada temannya. Agar kejadian ini tidak terulang kembali, kami selaku pihak sekolah memutuskan untuk mengeluarkan Rachel dari sekolah.”

Mendengar jawaban kepala sekolah, wajah sang Ibu tercengang. “Anakku? Anakku melakukan hal seperti itu?”. Kepala sekolah mengangguk-angguk. “TIDAK! TIDAK MUNGKIN LAGI! BAGAIMANA BISA ANAKKU DIKELUARKAN KARENA ALASAN YANG SAMA?!”, teriak Ibu Rachel histeris. “Berhentilah memfitnah anak saya! Berikan kepada saya alasan yang benar!”, lanjut Ibu Rachel, tak terima dengan alasan yang diberikan kepala sekolah mengenai anaknya. Para guru yang berada di ruangan itupun kebingungan.
Tak lama kemudian, ibu Rachel menyambar gunting yang ada diatas meja dan mengarahkannya ke leher kepala sekolah. Salah seorang guru yang berada ditempat tersebut segera bertindak menahan tangan ibu Rachel yang hendak mencelakai kepala sekolah. "A.. Apa ini..?", ujar kepala sekolah ketakutan. Dirinya mundur ke belakang menjauhi gunting yang dipegang ibu Rachel. "MATI KAU!! MATIIII!", teriak ibu Rachel. "Bu Sausan! Tolong panggilkan polisi secepatnya!", perintah kepala sekolah. Ibu Rachel meraung-raung agar tangannya di lepaskan.

"Ha..halo.. Pak.. A..ada orang stres disini..To..",
"APA MAKSUDMU MENGATAKAN SAYA STRES? MATI KAU!", amuk ibu Rachel.
Guru yang menahannya pun dibuat kewalahan. "Amankan wanita itu!", perintah seseorang dari arah pintu.

#Rachel

Aku sudah siap untuk ke sekolah. Yahh. meskipun aku telah diusir keluar dari sekolah, aku belum menerima surat pengeluaranku. Jadi aku tetap akan berangkat. Sebelum meninggalkan rumah, ku intip kamar ibuku. Loh.. Kok.. Tidak ada? Kuarahkan pandanganku ke sekeliling kamar, berharap dapat menemukan keberadaan ibuku. Jangan-jangan seperti yang kuduga. Ibuku.. Beliau pasti mengamuk disekolah! Oh tidaaaaakk! Aku harus menghentikannya.

Aku pasang sepatuku dengan asal-asalan dan langsung berlari menuju halte bus. Ya tuhan.. Semoga ibuku tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Tidak lama menunggu, sebuah bus berhenti di depanku. Tanpa aba-aba,aku meloncong masuk ke dalam bis saat pintu bus baru saja terbuka dan BRUUKKKKK!!
ADUUUHHH! Aku bertabrakan dengan seorang penumpang yang baru saja turun dari bus. Kami sama-sama terjatuh. "Maafkan aku, aku sedang buru-buru sekarang", ujarku padanya. Seorang pria yang kutabrak tadi hanya berdiam sambil memandangi jam tangan yang ia kenakan. Aku tidak peduli. Aku harus sampai disekolah secepat mungkin. Segera aku beranjak dari tempat kejadian perkara untuk menaiki bus. "HEY HEY STOPPP." Aku menoleh ke belakang. Pria tadi meneriakiku, "Apa kau tidak punya malu? Lihatlah! Jam tangan mahalku rusak akibat ulahmu. Kau harus menggantinya!", protes pria itu padaku. What?! Cobaan apa lagi ini?!

"Aku minta maaf. Tapi aku benar-benar sedang..."
"Aku tidak peduli! Kau harus menggantinya", potong pria tadi.

TITTT! TITT!!!

Bunyi klakson bus terdengar. Kulirik supir bus yang tampaknya sudah lelah menungguku. "Ah baiklaaaah. Tapi aku buru-buru sekarang. Engg.. Ah, iya! Ini, kartu namaku. Hubungi aku siang nanti", ujarku sambil memberikan kartu namaku pada pria tadi. Akupun menaiki bus secepat mungkin dan meninggalkan pria yang kutabrak disana.

Tiba disekolah, tampak beberapa mobil polisi terparkir di depan ruang utama (ruang kepala sekolah). Penasaran, aku coba mendekati mobil polisi tersebut. Dari luar ruangan aku mendengar suara seorang wanita yang sedang meronta-ronta. "TIDAKKKK! LEPASKAN SAYA! KALIAN SEMUA KURANG AJAR!."
Ada apa ini sebenarnya? Suaranya mulai terasa dekat denganku dan akhirnya aku dapat melihat sosoknya. Aku terkejut setengah mati. Sosok tersebut ternyata ialah ibuku sedang digiring oleh beberapa polisi. Tampak tangannya yang sudah di borgol. Aku berusaha mendekati ibuku dalam kerumunan. "Ibuu! Ibuuuu!", teriakku. Kulihat ibuku berhenti meronta-ronta dan menoleh padaku. Beliau tersenyum tulus. Aku berlari ke arah ibuku dan berusaha memeluknya. Namun beberapa polisi berusaha mengusirku dari tubuh ibuku, Aku ditarik dan dijambak oleh mereka. Aku merintih kesakitan.Ibuku menyandarkan kepalanya dikepalaku. Lama-kelamaan kepala dan badanku tak kuasa menahan sakit diperlakukan oleh orang-orang sekitar. Pelukanku perlahan-lahan mengendor. Tidaaaaak! Aku melepaskan ibuku!
"IBUUUUU! TIDAAAK! Tolong jangan bawa ibukuu! Kumohon...", pintaku pada mereka. Air mataku mulai mengalir membanjiri wajahku. Tampaknya ucapanku tak dihiraukan oleh mereka. Mereka terus berusaha menjauhiku dari ibuku. Aku tidak mau! Aku ingin bersama ibu!

"Ibuuu! Jangan bawa ibukuuu!!", teriakku. Aku memberontak saat guru-guru mulai menahankku. Aku berhasil keluar dari penahanan mereka, namun terlambat. Aku menghampiri mobil yang membawa ibuku. Ku tempelkan wajahku pada jendela. Tanganku ikut memukul-mukul jendela mobil. Samar-samar terlihat ibuku tertunduk ditempatnya. Tak lama kemudian mobilnya berjalan. Semakin lama semakin kencang. Sedaritadi aku berusaha setengah mati untuk mengejarnya. Dan pada akhirnya ternyata usahaku nihil. Mobil itu sudah menghilang.

Aku berteriak dan menangis terisak-isak. Hanya beliau. Aku hanya punya ibuku. Tidak ada yang dapat menggantikannya. Sekilas aku terpikir untuk menyusul mereka. Namun pada akhirnya aku hanya akan diusir. Aku berjalan gontai kembali menuju ke depan ruang kepala sekolah.
"Rachel..". Kudongakkan kepalaku dan mencari sumber suara. Kepala sekolah memanggilku?
Aku berjalan mendekati beliau. Terlihat tatapan dinginnya padaku. "Iya, pak?", jawabku sambil masih sesenggukan akibat tangisanku yang berlebihan.
"Sedang apa kamu disini?", tanyanya.
"Saya hanya sed..", "Masih gak tau diri ya?", sindir kepala sekolah.
Aku terkejut. "Bukan pak maksud saya.."
"Lekas pergi dari sini. Saya sudah muak melihat tingkah lakumu dan ibumu. Anak sama ibu sama aja!", ucapnya ketus. Aku tersentak. Namun aku tidak berhak untuk marah. Rasanya perih. Hatiku sakit mendengar ucapannya Tanpa pamit, aku beranjak dari tempat itu dan pergi meninggalkan sekolah. Sebelum benar-benar meninggalkan sekolah, aku membalikkan badan menghadap gedung sekolah.

LIHATLAH PRIA DISANAAA... PRIA TUA ITU...~

Pandanganku beralih ke kepala sekolah.

NAAH DIAA~ BUKANKAH DIA SUDAH MENGHANCURKAN HIDUPMU? AYO HANCURKAN DIA.. LAMPIASKAN SEMUA PADANYA.. DIA PANTAS MERASAKAN SIKSAAN HMM...~ AJARKAN PADANYA BAGAIMANA RASANYA NERAKA CIPTAANMU....

PLAKK!
Aku menampar diriku sendiri. Bisikan itu selalu muncul disaat aku terpuruk. Bisikan yang benar-benar menggodaku untuk melakukan kejahatan. Hampir... Hampir saja aku terkelabui oleh bisikannya. WUSHHH... Angin berhembus kencang secara tiba-tiba, membuat bulu kudukku merinding.Aku mengalihkan pandanganku ke sekitar. Tidak ada seorangpun yang berada disekitarku. Lalu, darimana bisikan itu datang?


-bersambung



















Read More