Bosan
Oleh : Luthfia Zahra Larosa
Di bawah rindangnya pohon, aku terduduk. Menikmati semilir angin yang menghantam helai-helai rambutku. ‘Ah, suntuk sekali!’, batinku. Aku beranjak dari bawah pohon itu dan pulang kerumah.
Sesampainya
dirumah, lagi-lagi aku merasa bosan. Hidup ini terlalu membosankan bagiku.
Namaku Yeni, dan aku adalah seorang pelajar SMA. Kali ini aku merasa sangat
jenuh dengan keseharianku. Aku melakukan rutinitas yang sama setiap harinya.
Hidupku berjalan sesuai dengan ‘aturan’ hidup yang entah sejak kapan aku ikuti.
Ku hempaskan
tubuhku ke atas ranjang dan berpikir, ‘Adakah yang bisa aku lakukan?’. Sejenak
pandanganku hanya tertuju pada meja belajarku. ‘Ada. Ada banyak sekali
Pekerjaan Rumah yang menumpuk dan harus Yeni kerjakan!’
“Arghhhh!
Mengapa semuanya terasa melelahkan? Tidak ada hal yang menarik didunia ini! Aku
bosan sekali hidup seperti ini!”, teriakku frustasi. Tak berselang lama, aku
pun tertidur.
Keesokan
harinya, aku terbelalak kaget melihat ke arah jam. Aku telat bangun! ‘Habislah
aku!’, batinku. Saat hendak masuk ke kamar mandi, pandanganku tak sengaja
tertuju pada meja belajar. Buku-buku yang berserakan, gumpalan kertas yang
menggunung.. Ups! Aku baru saja mengingat bahwa aku ketiduran dan lupa mengerjakan
PR semalam. Aku menghentikan langkahku. ‘Apa sebaiknya aku bolos saja?’,
batinku dalam hati. Tak perlu menunggu lama, aku memantapkan hatiku untuk tidak
ke sekolah saja hari ini.
Aku berlari
ke arah kasur dan membiarkan wajahku tenggelam dibantal. Asik sekali! Aku bisa
tidur seharian hari ini. Waktu terus berjalan, tak terasa sudah 2 jam aku
tertidur dan sekarang aku terbangun. ‘Aku harus melakukan sesuatu yang berbeda
hari ini!’, teriakku dalam hati. Aku beranjak dari kasur, mandi dan segera
bersiap-siap keluar rumah.
“Loh, Yeni?
Mau kemana?”, tanya mama yang melihatku keluar rumah. “Mau cari udara segar
sebentar, mah!”, jawabku. “Tapi kan kamu lagi sakit. Istirahat ajaa, itu PR nya
di cicil..”, ujar mamaku. Seketika tubuhku kelu. Kesal sekali rasanya mengingat
PR yang harus aku kerjakan itu. “Ya, mah.”, jawabku singkat dan kemudian pergi.
Langkah demi
langkah aku lewati. Aku berharap mendapatkan ‘inspirasi’ atau ‘motivasi’ untuk
melakukan sesuatu yang berbeda. Aku ingin menemukan apa yang harus aku lakukan
agar tidak jenuh. Namun semakin jauh aku melangkah, tidak ada kemajuan pada
perasaanku maupun pikiranku. Aku mendengus kesal dan memutuskan untuk kembali
kerumah.
Lagi-lagi
yang aku lihat diluar sana setiap pagi hingga sorenya adalah sang mentari, dan
malamnya sang rembulan menggeser kedudukan sang mentari.’ Apa mereka tidak
lelah bergantian terus menerus? Apa mereka tidak jenuh harus seperti itu?’, gumamku.
Karena sudah bingung harus melakukan apa, aku pun beranjak ke arah meja
belajarku dan mulai mengerjakan berbagai macam PR ku yang menumpuk. Stres
sekali rasanya mengerjakan ini semua sekaligus. Tapi ternyata.. Setelah itu
semua selesai, lega sekali rasanya. Seakan sepercik motivasi merasuki jiwaku.
Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja aku mendapatkan tekad untuk menulis.
Awalnya aku
hanya bengong didepan laptop, tak tahu harus menulis apa. Kemudian jemariku
mulai menari di atas papan tombol laptop dan mengetik kata demi kata. Dengan
rasa jenuh tentunya, aku menuangkan seluruh pikiranku diatas tombol-tombol ini.
Keesokan
harinya, hingga seterusnya, aku hanya sibuk menulis dan menulis. Ternyata
kebahagiaanku menemukan bakat menulis ini tidak berjalan lancar sepenuhnya.
Tugas-tugasku terlantar dan tak dirawat. Baju-baju kotorku menumpuk di
keranjang kamar. Sampah dan plastik-plastik berserakan dilantai kamarku.
Sayangnya, aku tak peduli dengan itu semua. Setiap pulang sekolah, aku
menghempaskan tasku, menyalakan laptop, memutar lagu dan mulai menulis. Begitu
hingga menjadi rutinitasku.
Bosan. Aku
merasa sangat bosan! Tetapi kehidupan ini terus mengejarku dengan berbagai
macam hal dunia. Aku letih menghadapinya! Saat ini aku sedang berjalan kaki,
sambil terus melihat bayanganku yang dibentuk dari teriknya sinar mentari. “Mengapa
kamu terus mengikutiku?”, tanyaku kesal pada bayanganku.
Sesampainya
di sekolah, aku mengumpulkan tugas-tugasku, seperti biasa. Namun ada yang
berbeda hari ini. Saat waktu istirahat tiba, aku merasa ingin menulis sesuatu.
Segera ku ambil buku kosongku dari dalam tas, dan mulai menulis ide cerita yang
tiba-tiba saja terbesit dipikiranku. Tepat pada saat bel masuk berbunyi, aku
selesai menggarap sebuah cerpen. Senyum bahagia terukir di wajahku.
Seusai
sekolah, aku melangkah dengan riang ke rumah. Aku mengerti sekarang, mengapa
matahari dan rembulan tak pernah lelah untuk bergantian. Aku berhenti melangkah
dan melihat ke arah bayanganku. ‘Mereka tidak banyak mengeluh! Dan mereka bisa
mengatur dengan tepat rutinitas mereka!’, ujarku dalam hati.
Pantas saja
hidupku terasa kacau, jenuh dan membosankan. Aku terlalu berharap lebih pada
kehidupan aku yang terus mengalir bagaikan air. Tidak! Aku tidak bisa menjadi
seseorang yang seperti itu lagi! Aku harus mencoba hal baru! Aku harus mengatur
ulang jadwalku. Inilah aku, inilah Yeni. Hidup memang terkadang terasa rumit,
namun kerumitan hidup itu yang membangunkan jiwa kita dan pemikiran kita untuk
berpikir cara mengatasinya dengan membahagiakan diri kita. Maka sudah
seharusnya kita bertanya pada diri kita, ‘Sudahkah aku tersenyum hari ini?
Sudahkah aku menata hidupku untuk kebahagiaanku dan masa depanku? Dan apa yang
perlu aku lakukan untuk mengatur rutinitasku?
’
Kita semua
perlu waktu luang, perlu istirahat dan perlu celah waktu untuk membangun impian
dan bakat kita. Namun di era serba padat jadwal ini, kita dituntut untuk bisa
memanfaatkan setiap detiknya, bukan? Setiap detik yang terlewati adalah hal
yang sangat berharga bagi kita semua karena tidak bisa kita dapatkan kembali.
Oleh karenanya, yuk mulai menata hidup kita, berhenti mengeluh, dan jadikan
rasa bosan itu sebagai pemicu munculnya ide-ide baru dari dalam dirimu! Selamat
menjalani aktivitas!
1 komentar
kerenn...
EmoticonEmoticon